Bersama dengan tim peneliti dari Bandung Fe Institute, Hokky Situngkir merampungkan buku ‘Fisika Batik’ yang banyak menuai pujian termasuk pakar fisika Indonesia, Prof Yohanes Surya. Menurut Hokky, Fisika Batik bisa menjelaskan cara membaca pikiran para pembatik dilihat dari sudut pandang fisika.
“Teori fisika fraktal, mekanika statistik ketika dipakai untuk melihat batik keluarlah pola-pola yang unik dari batik, ada keteraturan-keteraturan yang diikuti oleh batik. Artinya, di samping berbagai filosofis ternyata ada aturan yang diikuti oleh pola-pola batik. Alasan inilah yang bisa menjelaskan kenapa batik itu punya pakem, corak, warna, dan didapat hanya melalui model- model fisika yang terbaru,” papar pria berkacamata ini.
Lebih lanjut Hokky memaparkan, para pembatik dapat semakin mengembangkan pola-pola dasar batik. “Kalau menggunakan model-model klasik, geometri atau matematika klasik, maka kita hanya akan melihat batik sebagai suatu ornamen. Tapi dengan adanya model fisika terbaru, kita bisa lihat ada sesuatu di balik terjadinya motif parang, mega mendung, dan lainnya,” tambahnya.
Tentang buku “Fisika Batik”, Hokky mengatakan dalam pengerjaannya menggunakan teknologi komputer untuk meniru cara berpikir batik sehingga dapat menggenerasi motif-motif batik agar tampak lebih baru. “Saya berharap hadirnya buku ini bisa membangun pemahaman bahwa desain batik itu tak terbatas.
Pemahaman ini bisa memberikan nilai lebih bagi kemajuan, kesejahteraan, sebab berorientasi pada pendidikan. Karena hanya dengan teknologi seperti inilah sebetulnya bangsa ini akan menikmati added value. Ternyata hubungan antara fisika dengan batik sangat mendasar, meski dulu nenek moyang kita belum paham matematika,” tutur Hokky.
Hokky mengatakan, menyelami ribuan motif batik yang berada di pelosok Nusantara, menggugah pemikirannya untuk menelusuri beragam keindahan dari berbagai motifnya. Batik, kata Hokky, merupakan lukisan tentang alam dan dinamikanya. Berbeda dengan para pelukis naturalis yang melukis alam persis seperti apa yang dilihatnya, namun para pecinta batik melukis alam dari sisi yang lebih dalam.
Pencipta batik mencari pola dasar dari suatu fenomena yang dilihatnya. Kemudian dari pola dasar ini ditambah dengan beberapa aturan sederhana untuk menjadikannya sebuah lukisan batik yang sempurna.
Sementara itu, Prof Yohanes Surya yang memberikan supervisinya untuk buku ini menyimpulkan bahwa batik pada dasarnya merupakan sebuah lukisan alam, tetapi disampaikan dalam bentuk yang berbeda. “Ini adalah sebuah kemampuan luar biasa dari para leluhur kita. Batik yang diciptakan dengan peralatan sederhana itu mampu menerjemahkan keindahan alam dalam logika-logika fisika,” tegasnya.
Dengan banyaknya motif batik yang dimiliki Indonesia, dapat mengubah aturan dasar batik, maka akan tercipta ribuan atau bahkan miliaran motif batik yang baru,” kata fisikawan kondang Prof Yohanes Surya.
Berkat prestasinya menemukan konsep “Fisika Batik” serta segudang penelitian ilmiah lain yang sangat membanggakan, Hokky memeroleh penghargaan pada ajang Bakrie Award 2011 yang digelar di Ballroom Jakarta Theater, Minggu (14/8), sebagai ilmuwan muda berprestasi. Penghargaan yang dikumpulkan Hokky terbilang banyak. Sebelumnya, dalam dua tahun terakhir ini, lelaki cerdas yang juga aktif di Surya Research International dan Surya Institute ini juga telah mendapatkan 5 penghargaan unt untuk karya yang berbeda dari Business Innovation Center bersama Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
Sekedar diketahui, sebelum “Batik Fisika”, Hokky tergolong aktif menyusun sejumlah karya tulis serta penelitian. Beragam karyanya itu telah dimuat di beberapa jurnal internasional seperti Journal of Social Complexity, Journal of Peace and Conflict Resolution, Journal of Literary Complexity Studies, Journal of Mathematics and Culture dan lainnya. Sejumlah prestasi penelitian tersebut memberikan kesempatan kepadanya untuk tampil dan berbicara di berbagai konferensi ilmiah internasional.
No comments:
Post a Comment